MENANAMKAN DAN MEMBIASAKAN BUDAYA POSITIF DENGAN KESEPAKATAN KELAS DAN SEGITIGA RESTITUSI DALAM PROSES PEMBELAJARAN.

MENANAMKAN DAN MEMBIASAKAN BUDAYA POSITIF DENGAN KESEPAKATAN KELAS DAN SEGITIGA RESTITUSI DALAM PROSES PEMBELAJARAN.
(Foto: Berkomunikasi dengan Kepala Sekolah mengenai sosialisasi Budaya Positif di Sekolah)

A. LATAR BELAKANG

Budaya positif di sekolah sangatlah penting untuk mengembangkan murid yang memiliki karakter yang kuat sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan di Indonesia. Budaya positif di sekolah tentu akan mendukung budaya belajar di sekolah. Norma – norma baik yang diajarkan guru kepada murid akan menguatkan karakter murid sehingga murid tidak hanya cerdas secara akademik namun juga berkarakter baik.

Untuk membangun budaya positif sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif , aman dan nyaman agar murid mampu berfikir , bertindak, dan menciptakan secara merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab.

Sekolah bertanggung jawab mewujudkan konsep pendidikan yang dimaksud oleh Ki Hadjar Dewantara  bahwa pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada murid sehingga mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi – tingginya sebagai manusia maupun anggota masyarakat.

Selama ini kesadaran akan penerapan disiplin diri pada murid belum berdasarkan motivasi internal, posisi control guru pun belum sampai pada tahap manajer melainkan sebagai penghukum dan pembuat murid merasa bersalah sehingga disiplin positif di sekolah belum terlaksana sehingga diperlukan langkah – langkah yang bisa kita lakukan untuk membiasakan budaya positif diantaranya dengan, mendiskusikan keyakinan sekolah dan kesepakatan kelas serta menerapkan proses segitiga restitusi. Dengan mengikuti langkah – langkah restitusi guru bisa membimbing murid untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka, menyadari kesalahan dan mencari sendiri solusi yang nyaman.

B. TUJUAN

Adapun yang menjadi tujuan dalam tindakan nyata ini adalah sebagai berikut :

  1. Terwujudnya visi sekolah melalui penerapan budaya positif
  2. Terbentuknya karakter disiplin yang kuat.
  3. Menumbuhkan dan membiasakan budaya positif dengan kesepakatan kelas, penerapan restitusi dan posisi control guru sebagai manajer.

C. TOLAK UKUR

Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ini sudah dilakukan dan untuk mengontrol kegiatan agar tetap terarah pada tujuan yang sudah ditetapkan, maka tolak ukur yang digunakan adalah sebagai berikut :

  1. Terbentuknya kesepakatan kelas sebagai landasan dalam memecahkan permasalahan yang ada di kelas
  2. Kesepakatan kelas ini dibentuk dan disepakati oleh murid bersama wali kelas.
  3. Konsistensi wali kelas dalam menjalankan kesepakatan kelas.
  4. Teraplikasikannya proses segitiga restitusi dalam membantu murid dengan posisi control guru sebagai manajer.

D. LINI MASA YANG DILAKUKAN

  1. Membuat perencanaan aksi nyata dan mengkomunikasikannya kepada kepala sekolah
  2. Melakukan revisi perencanaan jika diperlukan sebagai hasil konsultasi dengan kepala sekolah
  3. Mengimbaskan materi budaya positif dan mengkomunikasikan tindakan aksi nyata kepada wali kelas dan rekan sejawat.
  4. Melakukan kegiatan pembentukan kesepakatan kelas
  5. Mendokemntasikan setiap kegiatan
  6. Melakukan kolaborasi dan berbagi informasi dengan wali kelas dan rekan sejawat berkaitan strategi membangun budaya positif di kelas
  7. Melakukan layanan restitusi
  8. Penerapan disiplin positif
  9. Mengevaluasi dan merefleksi kegiatan tindakan aksi nyata dalam rangka membudayakan kebiasan positif di sekolah.
  10. Melaporkan hasil kegiatan tindakan aksi nyata kepada kepala sekolah dalam bentuk artikel

E. HASIL NYATA

Pelaksanaan hasil nyata ini mendapatkan hasil yang baik, dan sangat bermanfaat terutama bagi CGP sendiri dan rekan guru.Kepala sekolah dan  rekan guru sangat antusias mengikuti sosialisasi yang menurut mereka sangat relevan dengan tugas sebagai seorang pendidik, terutama setelah digaungkannya merdeka belajar oleh Bapak Mentri Pendidikan.

Begitu juga halnya dengan terbentuknya kesepakatan kelas, murid merasa bertanggung jawab untuk menjalankan kesepakatan kelas tersebut sehingga menciptakan budaya positif.

(Foto:  Pelaksanaan Kegiatan Budaya Positif kepada Siswa)

F. Keberhasilan dan Kegagalan

Setiap kegiatan yang dilakukan tentunya tidak terlepas dari kata keberhasilan dan kegagalan. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada aksi nyata modul  budaya positif, keberhasilan yang diperoleh yaitu terbentuknya kesepakatan kelas, segitiga restitusi telah dilakukan pada beberapa kasus dan sosialisai pada rekan sejawat telah dilakukan.

Sedangkan kegagalan yang terjadi selama pelaksanaan aksi nyata ini adalah masih belum bisa diterapkannya restitusi pada sebagian murid karena CGP sendiri mengajar pada beberapa kelas yang jumlah muridnya banyak. Kegagalan yang kedua masih adanya murid yang belum paham akan pelaksanaan kesepakatan kelas sepenuhnya dan kegiatan sosialisai tidak bisa dilakukan kepada seluruh rekan guru dikarenakan banyaknya rekan guru yang memiliki kesibukan yang berbeda.

(Foto:  Pelaksanaan Kegiatan Budaya Positif kepada Siswa)

(Foto:  Pelaksanaan Kegiatan Restitusi)

G. Rencana Perbaikan

Rencana perbaikan dan pengembangan di masa yang akan datang yaitu dengan melaksanakan kegiatan perbaikan dan solusi untuk meminimalisair  kekurangan tersebut diantaranya adalah berusaha semaksimal mungkin agar semua kelas yang CGP mengajar didalamnya dapat membentuk kesepakatan kelas sehingga budaya positif bisa tercipta. Begitu juga dengan sosialisai modul 1.4 dapat dilakukan  kepada semua rekan guru.