Jessica si Anak Oyong

Jessica duduk terdiam melihat ibunya menangis terseguk di atas pembaringan. Pemandangan ini sudah biasa dia dapati ketika ibunya pulang bekerja membantu pekerjaan rumah para tetangganya. Mulai dari mencuci dan setrika serta membersihkan rumah. Dalam sehari ibu Jessica yang bernama sumini melaksanakan pekerjaanya untuk dua rumah tetangganya. Ada empat rumah yang memakai jasa ibu Jessica dengan bayaran yang cukup untuk menghidupi kehidupan keluarganya.
Jessica tinggal di sebuah kota kecil bernama pontang, keluarganya kini tinggal dia dan ibunya. Ayahnya sudah meninggal dunia empat tahun yang lalu akibat kecelakaan kerja. karena itulah ibu Jessica menggantikan peran ayahnya untuk mencari nafkah menghidupi keluarga. Mungkin karena Jessica anak satu-satunya beban hidup yang ditanggung agak lebih mudah.
"Sabar ya bu..." ucap Jessica mencoba mendekati ibunya yang masih menangis dengan kedua telapak tangan menutupi wajahnya. Tangan mungil Jessica membelai rambut halus ibunya dan merangkulnya. "Iya ibu tidak apa-apa Jes..." kata ibunya sambil mengusap bulir-bulir air mata yang masih menetes membasai kelopak mata. Ibunya mencoba tersenyum lalu berkata "kamu belum makan, ini bu Darsi memberi ibu sayur oyong kesukaan kamu....". Sambil mengambil bungkusan di plastik hitam dari tangan ibunya, jemari halus Jessica menggandeng tangan ibunya mengajaknya untuk makan bersama.
Sayur oyong, ini sebenarnya bentuk penghinaan dari tetangga tempat ibu Jessica bekerja. Mungkin karena orang tua Jessica miskin dianggap tidak pantas memberikan nama anaknya Jessica. "Makan tiap hari pakai sayur oyong, kasih nama anak Jessica" itu kata-kata yang sering Jessica dengar ketika jalan melewati rumah para tetangganya. Ya, itu lah julukanku Jessica si anak oyong. Nama yang dianggap tidak pantas menempel pada diriku yang hanya anak orang miskin di sebuah kota kecil di Jawa Barat.
Hinaan dari orang-orang sekitar membuat Jessica kecil membulatkan tekadnya menjadi yang terbaik. Segala amarah, kesedihan dan kepedihan yang dirasakannya di curahkan melalui membaca dan membaca. Setiap hari Jessica selalu mengulang membaca pelajaran yang di berikan guru-gurunya di sekolah. "Jessica... kamu harus buktikan bahwa anak oyong bisa sukses dan meraih cita-cita yang kamu impikan" tutur ibu Aini, wali kelas Jessica yang selalu perhatian kepada dirinya. Kata-kata Ibu Aini yang membuat Jessica terpacu tuk menjadi yang terbaik, dengan menjadi yang terbaik maka orang-orang yang menghina akan terdiam dan tidak bisa berkata-kata lagi.
"Tok tok tok" suara ketukan pintu mengagetkan lamunan ku, ahh ternyata aku tengah melamun mengingat masa lalu ku. "Dinner time already miss Jessica" kata suara di balik pintu. "Would you like to join with us ?" katanya lagi. "Ok clark" kataku sambil bergegas. Ya, ini lah diriku sekarang, Jessica si anak oyong yang sekarang tinggal di kota New York, enam belas ribu kilometer lebih dari kampung halamannya. Sambil tersenyum aku berkata dalam hati, terima kasih kepada semua yang memanggilku si anak oyong.