Beda Target Saja
Alif Anak Pilihan
Silakan dicatat ya, Adek-Adek", minta Umma kepada binaannya. Sayup-sayup dari kamarku Aku mendengar pembahasan kajian Umma sore ini. "Yang pertama target khatam Al-Qur'an 2x, lalu target tahajut setiap malam, dhuha setiap hari, dan apalagi ya, Indah?", tanya Umma dan langsung ditanggapi oleh Adik binaan Umma tersebut. "Zikir pagi petang dan juga berbagi takjil 1 kali sepekan seperti tahun lalu bagaimana, Um.", sambut Kakak yang ditanya oleh Umma tadi. Aku kaget melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 4 lewat. Aku langsung keluar kamar.
"Astgfirullah, Alif belum salat asar, Umma!", ucapku kepada Umma.
Umma menggeleng kepala melihatku dan menunjuk ke arah dapur seakan menyuruhku segera berwudu dan salat.
"Alif, nanti ba'da asar Umma kajian melalui zoom. Alif main sendiri ya atau kerjakan tugas dari sekolah yang belum dikerjakan kemarin, dua hari lagi sudah masuk sekolah loh.", kata Umma kepadaku siang tadi sepulang dari ziarah. Aku mengiyakan kata-kata Umma dan sudah paham maksud Umma. Aku membawa 2 cerek ke dapur dan menuju kran air untuk membersihkan bekas tanah yang menempel di bagian bawah cerek. Lalu aku menuju kamar mandi untuk mandi lalu salat zuhur. Setelah zuhur aku langsung menyiapkan makan siang bersama Umma lalu aku qailullah.
Umma memang rutin ikut kajian dan membina beberapa kelompok kajian. Kali ini, Umma kajian melalui zoom. Aku sudah hapal betul nama aplikasi itu. Hari ini Umma memang tidak bisa kajian di luar karena dari ziarah tadi Umma agak kurang sehat. Semoga adikku dalam kandungan Umma baik-baik saja, karena Umma tadi mengeluh perut dan pinggangnya sakit.
"Umma, sudah ya kajiannya? Bagaimana pinggang dan perut Umma? Apakah masih sakit?", tanyaku pada Umma sambil duduk dekat Umma.
"Sudah. Alhamdulillah, tidak terasa sakit lagi, Lif." Jawab Umma sambil memegang perutnya yang sudah mulai kelihatan membesar.
"Oh syukurlah Umma.", ujarku sambil bersender ke Umma dan ikutan memegang perut Umma. "Oh ya Umma, tadi Alif mendengan kajian Umma. Alif ingin tahun ini puasanya penuh dan Alif juga mau khatam Qur'an seperti Umma.", kataku meyakinkan Umma.
"Masya Allah, Umma senang mendengarnya! Aamiin ya Robbal 'alamiin.", ujar Umma sambil memeluk dan mencium keningku penuh haru.
"Tut... tut...", suara ponsel Umma berbunyi. Umma lalu menjawab panggilan telepon dari Makwo di kampung sekilas tadi kulihat nama kontaknya. Makwo adalah kakak perempuan Umma. Makwo dan Umma saling menyayangi dan selalu memberi kabar.
"Afwan Alif, Umma ke kamar dulu ya.", Umma pamit kepadaku.
Umma langsung bangkit dari duduknya dan menuju ke kamar. Alif menatap heran.
Di kamar Umma berbicara dengan Makwo melalui telepon.
"Assalamualaikum..."
"Iya, Mbak. Afwan, tadi waktu Mbak menelpon Ana sedang kajian...."
"Belum Mbak..."
"Ana juga tidak tahu..."
"Kita tunggu mungkin hari ini atau besok..."
"Iya Mbak, belum ada kabar."
"Tolong doakan ya, Mbak.", sangat pelan sekali kudengar suara Umma dalam percakapan melalui telepon tersebut. Entah mengapa Umma pergi ke kamar ketika menerima telepon dari Makwo. Biasanya Umma dan Makwo apabila berteleponan di dekatku saja. Aku ingin tahu dan segera menuju kamar Umma.
"Jangan-jangan Umma kenapa kenapa.", fikirku.
"Umma!", panggilku ketika masuk ke kamar dan melihat Umma masih berbicara dengan Makwo.
"Oh ya, Mbak. Nanti Ana telepon Mbak ya. Assalamualaikum", kata terakhir Umma sebelum menutup telepon tersebut karena mengetahui kedatanganku.
Ada apa dengan Umma?
Alif harus mencari tahu.
Ini target Alif juga.